Menelusuri Kota Bau-Bau, Jejak Sejarah dan Kehidupan Pesisir di Tanah Buton

perjalanan.id – Kota Bau-Bau di Sulawesi Tenggara menawarkan pengalaman wisata kota yang berbeda, memadukan panorama pesisir dengan kekayaan sejarah Kesultanan Buton. Sebagai pintu gerbang menuju gugusan Kepulauan Buton, kota ini memiliki daya tarik yang memikat, mulai dari peninggalan budaya hingga kehidupan masyarakat pesisir yang dinamis.

Ikon utama Bau-Bau adalah Benteng Keraton Buton, salah satu benteng terluas di dunia menurut UNESCO. Benteng ini bukan sekadar dinding batu, tetapi kompleks sejarah yang menyimpan rumah adat, masjid tua, hingga meriam peninggalan abad ke-16. Dari atas benteng, wisatawan bisa menikmati panorama laut biru dan perkampungan kota yang terhampar di bawahnya. Nuansa sejarah masih begitu terasa, seolah membawa pengunjung kembali ke masa kejayaan Buton.

Di sisi lain, kehidupan pesisir Bau-Bau menghadirkan pesona yang tak kalah memikat. Dermaga dan pelabuhan kota selalu ramai oleh aktivitas nelayan, kapal kayu tradisional, dan perahu penumpang yang menghubungkan pulau-pulau sekitar. Kuliner laut menjadi daya tarik tersendiri—ikan bakar segar dengan sambal colo-colo adalah hidangan sederhana namun sarat cita rasa lokal.

Selain itu, budaya masyarakat Bau-Bau masih kuat terjaga. Tradisi seperti posuo (ritual kedewasaan bagi gadis Buton) dan pekande-kandea (tradisi makan bersama) kerap dipertontonkan dalam acara budaya. Hal ini memperkaya pengalaman wisata kota, karena wisatawan tidak hanya melihat bangunan bersejarah tetapi juga merasakan kehidupan sosial yang hangat.

Bau-Bau juga menjadi titik awal untuk menjelajahi destinasi alam sekitarnya, termasuk pantai pasir putih dan spot snorkeling di perairan jernih. Namun sebagai kota, Bau-Bau sudah cukup lengkap untuk memberikan pengalaman urban dengan sentuhan budaya lokal. Perpaduan sejarah, kuliner, dan keramahan masyarakat membuat Bau-Bau layak disebut sebagai salah satu mutiara wisata kota di Indonesia timur.

Exit mobile version