Angsle Malang, Minuman Hangat Khas yang Menghangatkan Malam Dingin

perjalanan.id – Di tengah udara sejuk Kota Malang yang sering kali dingin, terutama saat malam hari atau musim hujan, ada satu kuliner tradisional yang menjadi favorit, angsle atau wedang angsle. Minuman ini bukan sekadar penyegar tenggorokan, melainkan warisan budaya kuliner Jawa Timur yang menawarkan perpaduan rasa manis, gurih, dan hangat. Berasal dari Kota Malang, angsle telah menjadi ikon kuliner malam yang dinikmati warga lokal maupun wisatawan.

Sejarah dan Asal-Usul

Angsle adalah makanan khas Jawa Timur yang menyerupai kolak, sering disebut sebagai wedang ronde khas Malang atau kolak khas Kota Apel (Batu, Malang). Sejarah pastinya belum jelas, tetapi minuman ini telah dikenal masyarakat Malang sejak lama, kemungkinan diadaptasi dari wedang ronde atau sekoteng dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dahulu, penjual angsle berkeliling kampung hanya pada malam hari dengan gerobak, karena kehangatannya cocok untuk cuaca dingin atau hujan. Kini, angsle tidak hanya dijual malam hari, bahkan ada varian dingin dengan es batu, dan menyebar ke kota-kota lain seperti Surabaya dan Lumajang. Dalam budaya lokal, angsle menjadi bagian identitas sosial, sering disajikan untuk acara keluarga atau perayaan.

Bahan dan Cara Pembuatan

Keistimewaan angsle terletak pada kombinasi isian yang beragam dan kuah santan yang kental. Kuah dibuat dari santan, daun pandan, vanili, dan terkadang jahe untuk aroma hangat, meskipun jahe tidak selalu digunakan agar rasa manis tetap dominan. Isian utamanya meliputi kacang hijau rebus, mutiara sagu (sering berwarna merah), ketan putih, potongan roti tawar, kacang tanah goreng, dan petulo (putu mayang dari tepung beras). Tambahan seperti emping melinjo manis atau pacar cina juga bisa ditemukan.

Untuk membuatnya di rumah, berikut resep sederhana khas Malang:

Tempat Terbaik di Malang

Malang penuh dengan warung legendaris yang menjajakan angsle autentik, sering disandingkan dengan ronde. Berikut rekomendasi populer:

Harga per porsi biasanya Rp8.000-Rp9.000, terjangkau untuk mahasiswa dan keluarga. Beberapa warung seperti Ronde Titoni memiliki cabang di Jl. Tidar dan Letjen Suryo.

Angsle Malang bukan hanya minuman, tapi simbol kehangatan dan tradisi di tengah dinginnya kota pegunungan. Dari pedagang keliling hingga warung legendaris, angsle terus lestari sebagai kuliner yang menyatukan generasi. Saat berkunjung ke Malang, jangan lewatkan mencicipi semangkuk angsle hangat—rasanya akan menghangatkan tubuh dan hati. Cobalah buat sendiri atau kunjungi warung ikonik untuk pengalaman autentik!

Exit mobile version