Maksuba, Kue Lapis Legit Khas Palembang yang Penuh Makna dan Kesabaran

perjalanan.id – Di tengah hiruk-pikuk modernisasi kuliner Indonesia, masih ada kue tradisional yang bertahan dengan pesona sederhana namun penuh cerita. Kue Maksuba, salah satu ikon kuliner basah dari Palembang, Sumatera Selatan, bukan sekadar camilan manis. Kue ini melambangkan penghormatan, kesabaran, dan keahlian memasak yang diwariskan turun-temurun. Dengan rasa legit yang kental dan tekstur lapis-lapis yang unik, Maksuba sering menjadi bintang di meja sajian Lebaran atau pernikahan. Tapi, di balik kelezatannya, proses pembuatannya yang memakan waktu hingga tiga jam membuatnya jadi simbol ketekunan perempuan Palembang.

Asal-Usul dan Sejarah: Simbol Penghargaan dari Era Kesultanan

Kue Maksuba berasal dari tradisi Palembang yang kaya akan pengaruh Arab dan Melayu, terutama pada masa Kesultanan Palembang Darussalam. Nama “Maksuba” sendiri diambil dari bahasa Arab yang berarti “penghormatan” atau “penghargaan”. Konon, kue ini dulunya hanya bisa dibuat oleh kalangan bangsawan atau orang mampu, karena memerlukan telur bebek dalam jumlah besar – bahan langka dan mahal saat itu. Hanya juru masak tradisional bernama panggong yang mewarisi resep secara turun-temurun, dan kue ini disajikan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu istimewa.

Menariknya, Maksuba juga punya peran dalam adat pernikahan Palembang. Dahulu, saat seorang perempuan dilamar, calon mertua akan mengirimkan bahan-bahan mentah untuk membuat kue ini sebagai ujian. Jika sang calon istri berhasil menyajikan Maksuba yang sempurna, itu tandanya ia layak menjadi pengantin. Kisah ini masih diingat oleh generasi tua, seperti yang diceritakan oleh pemilik toko oleh-oleh Palembang Harum, Mardho Tilla, yang kini menyertakan narasi sejarah di kemasan kue mereka. Hingga kini, Maksuba tetap menjadi warisan budaya tak benda Sumatera Selatan, diakui dalam database warisan budaya daerah sebagai simbol keberlanjutan dan keanekaragaman kuliner Nusantara.

Bahan-Bahan Sederhana, Tapi Hasil Luar Biasa

Keunikan Maksuba terletak pada pemilihan bahan yang membuat teksturnya pulen, padat, dan mengembang sempurna. Berbeda dari kue lapis legit biasa, Maksuba menggunakan telur bebek sebagai bintang utamanya – bukan telur ayam – untuk menghasilkan rasa yang lebih kaya dan lembut. Berikut bahan-bahan dasar untuk satu loyang berukuran 21x21x7 cm (sekitar 15 lapis):

Bahan Takaran
Telur bebek 25-30 butir
Gula pasir 400 gram
Susu kental manis putih 1 kaleng (397 gram)
Mentega 250 gram, dilelehkan
Tepung terigu protein rendah 100 gram
Vanila bubuk atau pasta 1 sdt
Garam Sejumput

Bahan-bahan ini mudah ditemukan di pasar tradisional Palembang, tapi harganya tak murah. Satu loyang Maksuba bisa mencapai Rp200.000 hingga Rp350.000, tergantung kualitas telur bebek. Warnanya kuning keemasan dengan garis hitam tipis di tengah, mirip kue lapis legit tapi lapisannya tak beraturan, menciptakan pola abstrak yang unik.

Cara Membuat: Proses yang Menguji Kesabaran

Membuat Maksuba bukanlah urusan cepat saji. Prosesnya memakan waktu sekitar 3 jam, dengan teknik panggang bertahap yang disebut “lapisan demi lapisan”. Ini yang membuat kue ini disebut “kue penuh kesabaran”, mirip saudaranya, kue Delapan Jam. Berikut langkah-langkah sederhana:

  1. Siapkan Adonan: Kocok telur bebek dan gula pasir hingga mengembang dan berbusa (sekitar 15-20 menit dengan mixer). Tambahkan susu kental manis, vanila, dan garam. Masukkan tepung terigu sedikit demi sedikiti sambil diayak, lalu campur rata. Terakhir, tambahkan mentega leleh dan aduk perlahan agar tak kempis.
  2. Panaskan Loyang: Olesi loyang dengan mentega dan lapisi dengan kertas roti. Panaskan oven suhu 180°C (atau panggangan tradisional gendok dengan arang) selama 10 menit.
  3. Panggang Lapisan Pertama: Tuang 250 ml adonan ke loyang panas. Panggang hingga setengah matang (sekitar 5-7 menit, permukaannya berlubang kecil). Keluarkan, tusuk-tusuk dengan garpu, ratakan dengan ditekan, lalu tuang lapisan kedua. Ulangi hingga adonan habis, total 15 lapis.
  4. Selesaikan dan Dinginkan: Setelah lapisan terakhir, panggang hingga matang sempurna (total 3 jam). Keluarkan dari oven, biarkan dingin, lalu potong sesuai selera.

Tips: Gunakan telur bebek segar untuk tekstur optimal. Jika oven modern, sesuaikan suhu agar tak gosong. Sisa kue bisa disimpan di kulkas hingga seminggu dalam wadah kedap udara.

Makna Budaya dan Tempatnya di Hati Orang Palembang

Lebih dari sekadar makanan, Maksuba adalah cerminan nilai-nilai masyarakat Palembang: kesabaran, penghormatan, dan kebersamaan. Kue ini tak pernah absen di acara Lebaran, pernikahan, atau syukuran, disajikan sebagai tanda syukur dan ikatan keluarga. Di era digital, Maksuba mulai go global melalui toko online dan festival kuliner, tapi esensinya tetap: dibuat dengan tangan penuh cinta.

Zaman dulu, hanya panggong yang bisa menyulap bahan sederhana menjadi kue mewah. Kini, siapa pun bisa mencoba, tapi tantangannya sama: menguji ketekunan. Seperti kata pepatah Palembang, “Maksuba bukan hanya kue, tapi cerita hidup yang manis.” Jadi, saat Lebaran tiba, jangan lupa sisakan waktu untuk memanggang lapisan demi lapisan – siapa tahu, Anda menemukan penghargaan terbesar: kelezatan yang tak tergantikan. Selamat mencoba!

Exit mobile version