Oseng Mercon, Ledakan Pedas Khas Jogja yang Bikin Ketagihan Sejak 1997

perjalanan.id – Di tengah hiruk-pikuk kuliner manis-manis ala gudeg dan bakpia, Yogyakarta menyimpan senjata rahasia yang bikin lidah “meledak”: oseng mercon. Hidangan tumis super pedas ini bukan sekadar makanan—ia adalah pengalaman sensori yang menguji batas toleransi pedas Anda. Bayangkan potongan kikil kenyal, daging empuk, dan ratusan cabai rawit yang “bom” di mulut. Di 2025, oseng mercon tak hanya ikon Jogja, tapi sudah merambah ke seluruh Indonesia, bahkan variasi modernnya viral di TikTok. Siapkah Anda merasakan ledakannya?

Asal-Usul: Lahir dari Kebingungan Daging Kurban

Cerita oseng mercon bermula dari kejadian tak sengaja di akhir 1990-an, tepatnya sekitar tahun 1997. Di sebuah keluarga sederhana di Yogyakarta, orangtua Bu Narti (nenek dari pewaris usaha Bu Dewi) kebingungan mengolah daging sapi kurban Idul Adha yang berlimpah. Mereka pun coba-coba tumis daging dengan cabai rawit segar—bukan cabai kering biasa, tapi yang mentah dan potong kasar untuk efek “burst” pedas maksimal. Hasilnya? Hidangan pedas yang langsung laris manis saat dijual di warung kecil Bu Narti di Jalan KH Ahmad Dahlan, Ngampilan.

Nama “mercon” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti petasan—karena sensasi pedasnya seperti ledakan di mulut, bikin keringat dingin dan mata berair. Awalnya, ini makanan rakyat untuk para buruh dan mahasiswa yang butuh energi malam hari dengan harga murah (sekitar Rp 5.000–10.000 per porsi waktu itu). Kini, setelah hampir tiga dekade, oseng mercon jadi simbol kuliner pedas Jogja, mirip palekko Bugis yang juga andalkan cabai rawit. Popularitasnya meledak berkat media sosial, dari blog kuliner awal 2000-an hingga video mukbang 2025.

Bahan dan Cara Membuat: Resep Sederhana tapi Ekstrem Pedas

Oseng mercon autentik pakai bahan lokal sederhana, tapi rahasianya di proporsi cabai yang gila-gilaan—bisa 100–200 rawit per porsi! Bahan utama: kikil, gajih (lemak), koyor, atau tetelan sapi, ditumis dengan cabai rawit potong kasar, bawang, dan kecap. Berikut resep dasar untuk 4 porsi, diadaptasi dari buku 100 Resep Oseng-oseng & Tumis oleh Dapoer 2 Iboe:

Bahan:

Cara Membuat:

  1. Panaskan minyak, tumis bawang merah, bawang putih, dan jahe hingga harum.
  2. Masukkan cabai rawit, aduk cepat agar pedasnya “meledak” merata—jangan terlalu lama biar tetap renyah.
  3. Tambahkan tetelan/kikil yang sudah direbus, kecap, gula merah, garam, dan kaldu. Oseng-oseng hingga kering dan bumbu meresap (sekitar 10–15 menit).
  4. Sajikan panas dengan taburan bawang goreng. Nikmati dengan nasi hangat atau lalapan—tapi siapkan susu atau es teh untuk “pemadam”!

Tips: Untuk pemula, kurangi cabai jadi 50 gr dulu. Variasi modern: tambah daging sapi iris tipis atau udang untuk tekstur lebih premium.

Tempat Makan Legendaris di Jogja: Wajib Dicoba Saat Wisata Kuliner

Jogja punya deretan warung oseng mercon yang ikonik, buka malam hari (18.00–23.00 WIB) dan ramai dikunjungi wisatawan. Berikut rekomendasi top:

Warung Lokasi Spesial Menu Harga (Rp)
Oseng Mercon Bu Narti Jl. KH Ahmad Dahlan No.107, Ngampilan Kikil + cabai rawit autentik 15.000–25.000
Oseng Mercon Mas Toni Jl. Asem Gede No.8, Jetis Variasi udang/cumi pedas 20.000–30.000
Gudeg Mercon Bu Tinah Area Malioboro Oseng + gudeg fusion 18.000–28.000

Sumber: Detik Jogja & Visiting Jogja. Jangan lupa datang lapar dan siap berkeringat—banyak yang bilang, “Pedasnya bikin nagih!”

Variasi dan Fakta Menarik: Dari Tradisional ke Modern

Oseng mercon bukan cuma makanan—ia adalah cerita Jogja: sederhana, berani, dan penuh kejutan. Lahir dari kebingungan daging kurban, kini jadi legenda yang bikin pecinta pedas rela antre panjang. Besok malam, coba resepnya di rumah atau kunjungi Bu Narti—siapa tahu, ledakan pedas ini jadi awal kecanduan kuliner Nusantara Anda. Pedas itu bukan penderitaan, tapi pesta di lidah!

Exit mobile version