Poteng Jaje Tujak, Warisan Kuliner Lombok yang Manis dan Bersejarah

perjalanan.id – Poteng Jaje Tujak merupakan salah satu kuliner tradisional khas Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang selalu menjadi hidangan wajib dalam perayaan hari besar seperti Lebaran atau acara keagamaan. Jajanan ini terdiri dari dua elemen utama: poteng, yang berupa tape ketan manis bertekstur lembut, dan jaje tujak, semacam kue basah dari tepung beras yang gurih dan kenyal. Perpaduan rasa manis-asam dari fermentasi tape dengan tekstur empuk kue membuatnya begitu digemari, baik oleh masyarakat Sasak setempat maupun wisatawan yang penasaran dengan cita rasa autentik Lombok. Di tengah maraknya makanan modern, Poteng Jaje Tujak tetap bertahan sebagai simbol kebersamaan dan kearifan lokal, sering disajikan dalam hidangan Lebaran Ketupat yang identik dengan silaturahmi keluarga.

Kuliner ini tidak hanya lezat, tetapi juga kaya nilai nutrisi dari bahan alami seperti beras ketan dan kelapa. Di Lombok, Poteng Jaje Tujak sering disebut sebagai “jajanan legend” karena sejarahnya yang panjang dan peranannya dalam tradisi sosial. Bagi pecinta makanan tradisional Indonesia, hidangan ini mewakili kekayaan rasa Nusantara, di mana fermentasi alami bertemu dengan teknik pengukusan sederhana. Artikel ini akan membahas secara mendalam Poteng Jaje Tujak, mulai dari asal-usulnya hingga pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat, agar pembaca dapat memahami mengapa kuliner ini layak menjadi bagian dari perjalanan kuliner Anda.

Nangka muda, yang menjadi bahan utama, adalah buah nangka yang dipetik sebelum matang sepenuhnya. Buah ini melimpah di berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatera Barat, Riau, dan Jawa Barat, di mana iklim tropis mendukung pertumbuhannya. Gulai nangka muda sering dianggap sebagai alternatif vegetarian untuk gulai daging, karena tekstur nangka yang mirip daging ketika dimasak. Dalam konteks kuliner Indonesia yang beragam, hidangan ini mewakili perpaduan antara tradisi lokal dan pengaruh luar, menciptakan rasa yang unik dan menggugah selera. Bagi pecinta masakan Nusantara, gulai nangka muda adalah pilihan yang tepat untuk menikmati kehangatan santan dengan sentuhan segar dari buah tropis. Selain itu, hidangan ini mudah diadaptasi untuk berbagai selera, membuatnya tetap relevan di era modern.

Sejarah dan Asal Usul Poteng Jaje Tujak di Lombok

Sejarah Poteng Jaje Tujak tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Sasak di Lombok, yang telah ada sejak berabad-abad lalu. Hidangan ini berakar dari tradisi kuliner agraris masyarakat Lombok, di mana beras ketan menjadi bahan pokok karena ketersediaannya yang melimpah di sawah-sawah dataran rendah. Asal-usul poteng, atau tape ketan, berasal dari teknik fermentasi alami yang telah dikenal sejak era kerajaan Lombok abad ke-16, ketika masyarakat Sasak mengolah hasil panen untuk disimpan lebih lama. Proses fermentasi ini mirip dengan tape di Jawa, tetapi di Lombok, poteng sering dicampur dengan ketan hitam dan putih untuk variasi warna dan rasa.

Jaje tujak, bagian kue dari hidangan ini, kemungkinan dipengaruhi oleh perdagangan rempah antara Lombok dan India Selatan pada abad ke-18, di mana tepung beras menjadi bahan utama kue basah. Nama “tujak” dalam bahasa Sasak berarti “tumpuk” atau “lapisan”, menggambarkan cara pembuatannya yang melibatkan pengukusan bertumpuk. Pada masa kolonial Belanda, hidangan ini menjadi makanan rakyat jelata yang disajikan dalam upacara adat seperti pernikahan atau selamatan, karena bahan-bahannya murah dan mudah didapat.

Pada abad ke-20, Poteng Jaje Tujak semakin populer sebagai hidangan Lebaran Ketupat, terutama setelah Islam menjadi agama mayoritas di Lombok. Di desa-desa seperti Sengkol atau Mataram, ibu rumah tangga secara turun-temurun mengajarkan resep ini kepada generasi muda. Perkembangannya semakin pesat pada era 1990-an, ketika pariwisata Lombok mulai berkembang, dan kuliner ini menjadi daya tarik wisatawan. Hingga kini, Poteng Jaje Tujak tetap menjadi bagian dari warisan kuliner UNESCO Indonesia, sering disebut dalam festival makanan tradisional NTB.

Sejarah ini mencerminkan ketahanan kuliner Lombok dalam menghadapi modernisasi, di mana Poteng Jaje Tujak menjadi simbol adaptasi dari makanan sehari-hari menjadi hidangan istimewa. Evolusinya dari kudapan sederhana petani menjadi menu restoran mewah menunjukkan bagaimana kuliner ini terus berevolusi seiring waktu.

Bahan dan Resep Pembuatan Poteng Jaje Tujak

Proses pembuatan Poteng Jaje Tujak relatif sederhana, tetapi memerlukan ketelitian dalam pemilihan bahan dan pengolahan untuk menghasilkan rasa yang autentik. Bahan utama untuk poteng adalah beras ketan putih dan hitam (rasio 1:1, total 1 kg), ragi tape, dan kelapa parut muda. Untuk jaje tujak, gunakan tepung beras 500 gram, santan kelapa kental 300 ml, gula merah 200 gram, dan daun pisang untuk pembungkus.

Resep dasar untuk 10-12 porsi dimulai dengan poteng: Rendam ketan semalaman, kukus hingga setengah matang, siram air panas, taburi ragi, dan bungkus daun pisang. Fermentasi selama 2-3 hari hingga manis-asam. Setelah itu, tumbuk poteng dengan kelapa parut hingga halus. Untuk jaje tujak: Haluskan gula merah dengan santan, masak hingga kental, campur tepung beras, aduk hingga menggumpal, lalu bungkus daun pisang dan kukus 30 menit.

Di rumah, resep ini bisa dimodifikasi dengan ragi instan untuk mempercepat fermentasi. Tips sukses: Gunakan ketan berkualitas seperti ketan Bontok untuk rasa lembut, dan aduk santan secara perlahan agar tidak pecah. Dengan resep ini, Poteng Jaje Tujak bisa dibuat oleh siapa saja, menjadikannya hidangan rumahan yang praktis dan lezat.

Varian dan Adaptasi Poteng Jaje Tujak

Poteng Jaje Tujak memiliki banyak varian di berbagai daerah Lombok. Di Lombok Barat, versi asli menggunakan ketan hitam dominan untuk warna ungu menarik, sering disajikan dengan parutan kelapa muda. Di Lombok Timur, adaptasi lebih manis dengan tambahan gula aren, membuatnya cocok untuk camilan anak-anak.

Adaptasi modern termasuk Poteng Jaje Tujak vegan dengan santan nabati, atau versi kering untuk oleh-oleh. Di restoran, hidangan ini disajikan dengan twist seperti tambahan durian atau cokelat untuk selera kontemporer. Varian ini menunjukkan fleksibilitas Poteng Jaje Tujak dalam menyesuaikan selera zaman sekarang.

Manfaat Kesehatan Poteng Jaje Tujak

Poteng Jaje Tujak kaya manfaat kesehatan berkat bahan alaminya. Poteng mengandung probiotik dari fermentasi yang mendukung kesehatan usus dan pencernaan. Beras ketan memberikan karbohidrat kompleks untuk energi tahan lama, sementara kelapa muda kaya serat dan lemak sehat.

Jaje tujak dari tepung beras membantu stabilkan gula darah, cocok untuk penderita diabetes jika tanpa gula berlebih. Antioksidan dari ketan hitam melindungi sel dari radikal bebas. Hidangan ini rendah kalori dibanding kue modern, membuatnya pilihan sehat untuk diet. Namun, penderita alergi gluten harus hati-hati. Secara keseluruhan, Poteng Jaje Tujak adalah makanan bergizi yang seimbang untuk keluarga.

Bisnis dan Peluang Usaha Poteng Jaje Tujak

Bisnis Poteng Jaje Tujak menjanjikan di Lombok, mengingat ketersediaan bahan baku melimpah dan permintaan pasar yang stabil. Analisa usaha sederhana menunjukkan investasi awal Rp 20-30 juta untuk peralatan kukus dan kemasan, dengan keuntungan bulanan Rp 5-10 juta dari penjualan di pasar atau online. Di Mataram, UMKM seperti di Pasar Cakranegara mengolah ketan menjadi Poteng Jaje Tujak siap saji untuk ekspor ke Bali atau Jakarta.

Peluang termasuk kemasan vakum untuk oleh-oleh, atau warung khusus kuliner Sasak. Tantangan seperti fluktuasi harga ketan diatasi dengan kontrak petani. Dukungan pemerintah melalui pelatihan UMKM memperkuat bisnis ini, dengan festival kuliner NTB sebagai platform promosi.

Kontroversi Seputar Poteng Jaje Tujak

Poteng Jaje Tujak pernah menghadapi kontroversi terkait kesehatan fermentasi, yang dianggap berisiko bagi pencernaan jika tidak matang sempurna. Beberapa ahli gizi menyarankan pengawasan proses untuk menghindari kontaminasi. Isu lingkungan muncul dari pembudidayaan ketan yang bisa menyebabkan penggunaan pestisida jika tidak organik.

Di sisi lain, adaptasi resep memicu debat tentang keaslian kuliner Lombok. Namun, kontroversi ini sering diatasi dengan edukasi dan inovasi higienis.

Pengaruh Budaya Poteng Jaje Tujak di Lombok

Poteng Jaje Tujak memiliki pengaruh budaya yang mendalam, sebagai simbol kebersamaan di acara adat Sasak. Di Lebaran Ketupat, hidangan ini memperkenalkan kuliner NTB ke dunia. Pengaruhnya memperkuat identitas lokal, mendorong pelestarian resep turun-temurun.

Secara sosial, pembuatan Poteng Jaje Tujak menjadi kegiatan gotong royong, mempererat ikatan keluarga. Di era global, hidangan ini menjadi ikon kuliner Indonesia, mempromosikan pariwisata makanan.

Inovasi dan Masa Depan Poteng Jaje Tujak

Inovasi seperti Poteng Jaje Tujak instan atau versi rendah gula menjadi tren. Masa depan cerah dengan potensi ekspor dan integrasi dalam menu modern.

Kesimpulan

Poteng Jaje Tujak adalah hidangan yang kaya rasa dan nilai, dari sejarahnya hingga pengaruh budayanya. Dengan menjaga tradisi dan berinovasi, kuliner ini akan terus menjadi bagian penting dari warisan Lombok dan Indonesia.

Exit mobile version