perjalanan.id – Profiteroles adalah salah satu dessert ikonik dari dunia patisserie Prancis yang selalu berhasil mencuri perhatian. Bola-bola kecil dari adonan choux yang ringan dan renyah ini biasanya diisi dengan krim pastry, whipped cream, atau es krim vanila, kemudian disiram saus cokelat panas yang meleleh. Kombinasi tekstur renyah di luar, lembut di dalam, serta rasa manis yang kontras membuat profiteroles menjadi favorit banyak orang di seluruh dunia.
Sejarah Profiteroles: Dari Italia ke Meja Kerajaan Prancis
Meskipun kini identik dengan masakan Prancis, asal-usul profiteroles sebenarnya berakar dari Italia pada abad ke-16. Saat Catherine de’ Medici menikah dengan Raja Henry II dari Prancis pada 1533, ia membawa serta para koki Italia, termasuk seorang bernama Panterelli atau Popelini, yang konon menciptakan adonan choux pastry awal. Adonan ini awalnya digunakan untuk membuat roti kecil yang disebut “popelini”.
Pada awalnya, profiteroles bersifat gurih (savory). Di abad ke-17, mereka sering diisi dengan daging cincang, truffle, atau jamur, bahkan disajikan dalam sup. Nama “profiterole” sendiri berasal dari kata Prancis yang berarti “keuntungan kecil” atau “hadiah kecil”, karena dulunya roti ini diberikan sebagai bonus kepada pelayan.
Perubahan besar terjadi pada abad ke-18 dan 19. Koki Jean Avice menyempurnakan bentuk choux, sementara Antoine Carême—dikenal sebagai “raja koki”—mengubahnya menjadi dessert manis dengan mengisi krim dan saus karamel. Versi modern dengan es krim vanila dan saus cokelat baru muncul sekitar tahun 1875, menciptakan sensasi panas-dingin yang legendaris.
Variasi Ikonik: Croquembouche
Salah satu bentuk paling spektakuler dari profiteroles adalah croquembouche, menara tinggi dari choux pastry yang disusun berbentuk kerucut, direkatkan dengan karamel, dan sering dihias dengan benang gula atau bunga. Kreasi Antoine Carême ini biasanya menjadi centerpiece di pernikahan atau perayaan besar di Prancis dan Italia.
Mengapa Profiteroles Begitu Populer?
Keunikan profiteroles terletak pada adonan choux yang mengembang sempurna saat dipanggang, menciptakan rongga kosong di dalam yang ideal untuk diisi. Versi klasik dengan saus cokelat panas memberikan pengalaman makan yang dramatis: saus meleleh dan meresap ke dalam pastry yang dingin berisi es krim.
Hari ini, profiteroles telah menyebar ke berbagai negara dengan variasi lokal, seperti diisi dengan matcha di Jepang atau buah tropis di Indonesia. Namun, esensi kelezatannya tetap sama: sederhana tapi mewah, ringan tapi memuaskan.
