perjalanan.id – Di tengah keanekaragaman kuliner Asia Tenggara, Satay Kajang berdiri sebagai simbol kelezatan sederhana yang kaya rasa. Hidangan sate khas dari kota kecil Kajang, Selangor, Malaysia, ini bukan sekadar tusuk daging panggang, melainkan warisan budaya yang lahir dari tangan imigran Jawa pada awal abad ke-20. Dengan aroma asap arang yang menguar dan saus kacang pedas manis yang legendaris, Satay Kajang telah menaklukkan perut jutaan orang, dari kios pinggir jalan hingga restoran internasional. Di tahun 2025, saat tren makanan street food semakin mendunia, Satay Kajang tetap relevan sebagai camilan ikonik yang mudah dibuat di rumah. Artikel ini mengupas sejarah, resep autentik, variasi, dan tips menikmatinya, berdasarkan warisan kuliner Malaysia dan pengaruh Indonesia.
Sejarah: Dari Imigran Jawa ke Raja Sate Malaysia
Satay Kajang berakar dari sate tradisional Indonesia, yang diyakini lahir di Jawa pada abad ke-15 sebagai adaptasi dari kebab India dan Timur Tengah yang dibawa pedagang Muslim. Saat itu, sate menjadi makanan jalanan yang murah dan praktis, dengan daging dicincang kecil, dimarinasi rempah, dan ditusuk bambu untuk dibakar di atas arang. Resep ini menyebar ke seluruh Nusantara, menghasilkan 252 variasi di Indonesia saja, sebelum melintasi Selat Malaka ke Malaysia pada akhir abad ke-19.
Kisah Satay Kajang dimulai sekitar 1910-an, saat dua bersaudara imigran Jawa, Haji Tasmin bin Sakiban dan adiknya Rono, tiba di Kajang sebagai buruh perkebunan karet. Awalnya, mereka menjual makanan sederhana seperti onde-onde dan kue beras, tapi resep sate Jawa rahasia keluarga mereka—daging ayam atau daging sapi dimarinasi rempah dan dibakar—segera menarik perhatian pekerja perkebunan. Bersaudara Sakiban menjualnya dengan cara unik: membawa gerobak dorong ke ladang karet, menawarkan sate panas langsung ke pelanggan. Berdasarkan umpan balik, mereka menyempurnakan resep, menambahkan saus kacang yang lebih kental dan manis dari kecap manis Indonesia.
Popularitasnya meledak setelah Datuk Samuri Juraimi, pewaris resep Sakiban, membuka Sate Kajang Hj. Samuri pada 1968—kini menjadi kios terbesar dan tertua di Kajang. Sejak itu, Kajang dijuluki “Satay Town,” dengan puluhan kios sate yang bermunculan. Saat ini, Satay Kajang telah menyebar ke seluruh Malaysia, Singapura, dan bahkan Indonesia, di mana variasinya berpadu dengan rasa lokal seperti sate madura atau sate taichan. Di 2025, festival makanan seperti Kajang Satay Festival menarik ribuan pengunjung, menegaskan statusnya sebagai warisan UNESCO potensial.
Resep Sederhana: Buat Satay Kajang di Rumah
Membuat Satay Kajang autentik tak serumit sejarahnya. Resep dasar untuk 20 tusuk sate ayam (4-6 porsi) ini terinspirasi dari warisan Jawa-Malaysia, siap dalam 1 jam.
Bahan Marinasi (untuk 500g daging ayam atau sapi, potong dadu 2 cm):
- 2 sdm kecap manis
- 1 sdm minyak goreng
- 2 siung bawang putih, haluskan
- 1 sdt ketumbar bubuk
- 1/2 sdt kunyit bubuk
- Garam dan merica secukupnya
Bahan Saus Kacang:
- 200g kacang tanah goreng, haluskan
- 2 sdm minyak goreng
- 1 bawang bombay, iris
- 2 siung bawang putih, cincang
- 1 sdm sambal oelek
- 200 ml santan kental
- 2 sdm kecap manis
- 1 sdm gula merah
- Garam secukupnya
Cara Membuat:
- Marinasi: Campur semua bahan marinasi dengan daging, diamkan 30 menit di kulkas. Tusuk ke lidi bambu (5-6 potong per tusuk).
- Panggang: Bakar di atas arang atau grill pan hingga matang kecokelatan (5-7 menit per sisi), olesi sisa marinasi untuk rasa karamel.
- Saus Kacang: Tumis bawang hingga harum, tambah sambal dan kacang halus. Masukkan santan, kecap, dan gula; aduk hingga mengental (10 menit).
- Sajikan: Hidangkan sate panas dengan saus kacang, lontong atau ketupat, dan acar timun. Tambahkan irisan bawang merah untuk aroma segar.
Sajikan dengan teh tarik atau es campur untuk pengalaman autentik. Kalori per porsi: sekitar 400 kkal, kaya protein dan serat dari kacang.
Variasi: Dari Klasik hingga Eksotis
Satay Kajang fleksibel, mencerminkan keragaman budaya. Versi klasik menggunakan ayam atau daging sapi, tapi variasi modern termasuk:
- Daging Eksotis: Rusa (venison), kelinci, atau ikan—umum di kios Kajang untuk sensasi liar.
- Organ Daging: Ampela, hati, atau usus, untuk rasa gurih yang lebih kuat.
- Versi Lokal: Di Indonesia, campur dengan sate padang (daging sapi dengan kuah gulai) atau sate lilit Bali (ikan cincang dibalut rempah).
- Vegetarian: Ganti daging dengan tahu atau tempe, marinasi serupa untuk opsi halal dan sehat.
Di Malaysia, sausnya lebih manis-pedas dibanding versi Indonesia yang kental santan, tapi keduanya saling melengkapi.
Daya Tarik Global: Dari Kios Kajang ke Meja Dunia
Satay Kajang kini jadi makanan fusion di restoran Asia di Eropa dan AS, dengan adaptasi seperti sate ayam pedas ala Texas BBQ. Di Indonesia, ia populer di warung pinggir jalan Jakarta atau Bandung, sering disajikan sebagai camilan malam. Tren 2025 melihatnya sebagai makanan “comfort food” rendah karbohidrat, dengan versi air fryer untuk gaya hidup sehat. Festival seperti Malaysia International Gourmet Festival sering menampilkan Satay Kajang sebagai bintang utama, menarik turis dari seluruh dunia.
Satay Kajang adalah bukti bagaimana makanan sederhana bisa menyatukan budaya Jawa-Malaysia. Dari gerobak dorong bersaudara Sakiban hingga kiosk ramai di Kajang, setiap gigitan membawa cerita imigrasi, adaptasi, dan rasa rumah. Coba resep ini di akhir pekan, atau kunjungi Kajang untuk pengalaman asli—siapa tahu, Anda akan ketagihan seperti jutaan penggemar lainnya. Selamat mencicipi kelezatan Nusantara!