perjalanan.id – Di tengah meningkatnya kesadaran akan perubahan iklim dan dampak pariwisata terhadap alam, konsep “Leave No Trace” atau “Backpacking Tanpa Jejak” menjadi prinsip penting bagi backpacker modern. Di Indonesia, yang kaya akan ekosistem dan budaya lokal, pendekatan ini semakin relevan dan mendesak.
Apa Itu “Backpacking Tanpa Jejak”?
“Backpacking Tanpa Jejak” berarti melakukan perjalanan dengan dampak seminimal mungkin terhadap lingkungan dan budaya lokal. Prinsip ini mencakup:
-
Tidak meninggalkan sampah
-
Menghormati satwa liar dan ekosistem lokal
-
Menggunakan produk dan jasa lokal
-
Menghindari kerusakan pada tempat yang dikunjungi
Prinsip Inti “Leave No Trace” untuk Backpacker
-
Rencanakan dan Persiapkan dengan Bijak
-
Riset lokasi tujuan: apakah ada peraturan khusus kawasan konservasi?
-
Bawa perlengkapan ramah lingkungan: botol minum ulang, alat makan sendiri, kantong sampah pribadi.
-
-
Tetap di Jalur yang Sudah Ada
-
Jangan membuka jalur baru di hutan, pantai, atau gunung karena bisa merusak vegetasi sensitif.
-
-
Bawa Pulang Sampahmu (Termasuk Sampah Organik!)
-
Di banyak ekosistem, bahkan kulit buah bisa mengganggu keseimbangan lingkungan dan menarik satwa liar.
-
-
Minimalkan Dampak Api Unggun
-
Gunakan kompor portabel. Jika harus membuat api, gunakan area yang diizinkan dan jangan tinggalkan bekas bara.
-
-
Hormati Satwa Liar
-
Jangan memberi makan, menyentuh, atau mengganggu hewan liar. Ini bisa berbahaya bagi mereka dan bagi Anda.
-
-
Pertimbangkan Komunitas Lokal
-
Hormati adat dan budaya masyarakat. Gunakan jasa lokal, beli makanan dari pedagang lokal, dan pelajari sedikit bahasa daerah.
-
-
Ambil Gambar, Bukan Barang
-
Jangan mengambil kerang, batu, tanaman, atau artefak budaya sebagai suvenir.
-
Mengapa Ini Penting di Indonesia?
Indonesia memiliki lebih dari 54 juta hektare kawasan konservasi (KLHK, 2024) dan rumah bagi 17% spesies dunia. Sayangnya, banyak area wisata alami kini mengalami over-tourism dan kerusakan ekosistem akibat praktik backpacking yang tidak etis.
Beberapa kasus nyata:
-
Gunung Rinjani: Sampah plastik di jalur pendakian meningkat drastis dalam 5 tahun terakhir.
-
Pulau Komodo: Gangguan perilaku satwa akibat terlalu sering didekati wisatawan.
-
Pantai Tanjung Bira: Terumbu karang rusak akibat aktivitas snorkeling sembarangan.
Alat dan Inovasi Ramah Lingkungan untuk Backpacker 2025
-
Sabun biodegradable & pasta gigi ramah lingkungan
-
Solar charger untuk mengurangi ketergantungan listrik
-
Tenda dengan teknologi daur ulang dan material non-plastik
-
Filter air portabel seperti LifeStraw agar tak perlu membeli air botol
Rekomendasi Komunitas & Platform
-
Komunitas “Zero Waste Traveler Indonesia”
-
Backpacker Green Trail: Platform berbagi lokasi backpacking ramah lingkungan
-
Local Guide Clean Up (Google Maps): Berkontribusi dengan memberi ulasan bersih dan etis di lokasi wisata
“Backpacking Tanpa Jejak” bukan tren sementara, melainkan gaya hidup berkelanjutan bagi traveler masa depan. Dengan mengadopsi prinsip ini, kita tidak hanya menjaga keindahan alam Indonesia, tapi juga memastikan generasi berikutnya masih bisa menikmati tempat-tempat tersebut dengan cara yang sehat dan penuh hormat.