perjalanan.id – Bangun sebelum subuh dan menapaki jalan setapak menuju puncak Bukit Sikunir di Dataran Tinggi Dieng bisa jadi pengalaman solo travel yang jauh dari keramaian komersial. Bukit Sikunir terkenal dengan sunrise-nya yang spektakuler, rona langit yang perlahan berubah dari gelap ke jingga keemasan di balik siluet pegunungan dan kabut tipis. Pada jam-hari pertama cahaya menyentuh puncak, semua lelah pendakian seolah lenyap oleh keindahan alam yang sunyi.
Perjalanan dimulai di desa-desa kecil Dieng, melewati desa-desa berkebun kentang dan warga lokal yang memulai aktivitasnya di bawah udara dingin. Jalan setapak yang kadang berbatu tapi jelas tertanda, membawa kamu ke gardu pandang sebelum puncak. Banyak solo traveler memilih menginap di homestay sederhana di Desa Sembungan atau Sumurup agar bisa memulai pendakian sebelum dini hari, sehingga sampai puncak saat matahari mulai muncul.
Saat di puncak, selain menikmati keindahan visual, ada rasa tenang yang sulit ditemui di tengah kota. Suara burung, angin lembut, dan bayangan pegunungan menciptakan suasana refleksi pribadi: apa yang selama ini dikejar dan apa yang sebenarnya memberi ketenangan. Solo traveling ke tempat seperti Bukit Sikunir bukan soal adu kecepatan atau mengejar momen viral, melainkan memberi ruang untuk merasakan, menyatu dengan alam, dan menghargai keheningan.
Bawalah perlengkapan sederhana tapi penting: jaket hangat, sepatu hiking ringan, senter depan, air minum, dan camilan secukupnya. Perlu juga menyelidiki cuaca dan kondisi jalan sebelum berangkat—kabut atau hujan bisa mengganggu pandangan sunrise. Karena solo, pastikan informasi tentang jadwal perjalanan dan alamat homestay sudah dikomunikasikan ke teman atau keluarga.
Wisata seperti ini membuktikan bahwa solo travel tidak harus ke tempat jauh atau mahal, melainkan ke destinasi yang memberikan pengalaman mendalam—Bukit Sikunir pagi hari adalah pilihan riil untukmu yang ingin pulih, relaksasi, dan meresapi hidup lewat alam.