Kawah Ijen Bondowoso, Danau Toska Paling Asam di Planet Bumi
perjalanan.id – Kawah Ijen, terletak di perbatasan Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur, adalah salah satu fenomena alam paling langka di dunia. Gunung berapi setinggi 2.386 mdpl ini menyimpan danau kawah terbesar di dunia yang bersifat sangat asam (pH mendekati 0) dan fenomena “blue fire” atau api biru yang hanya ada dua tempat di bumi — satunya lagi di Islandia.
Api biru Ijen bukan lava biasa, melainkan nyala dari pembakaran gas belerang (sulfur) yang keluar dari celah-celah batuan pada suhu hingga 600 °C. Saat bertemu udara, gas ini menyala biru neon dan bisa setinggi 5 meter. Fenomena ini hanya terlihat jelas antara pukul 02.00–04.00 dini hari, sebelum matahari terbit. Ribuan wisatawan lokal maupun mancanegara rela mendaki malam demi menyaksikan keajaiban ini.
Perjalanan dimulai dari Pos Paltuding (1.850 mdpl). Trek sejauh 3 km dengan kemiringan rata-rata 35–45° membutuhkan waktu 1,5–2,5 jam bagi pendaki biasa. Udara dingin menusuk (bisa 6–10 °C) ditambah bau belerang yang menyengat membuat perjalanan terasa ekstrem, tapi semua terbayar saat tiba di bibir kawah.
Di ketinggian 2.799 mdpl (bibir kawah), pemandangan danau kawah berwarna toska seluas 36 hektare dengan volume 32 juta m³ langsung menyambut. Warna toska itu muncul karena kadar asam sulfat dan logam terlarut yang sangat tinggi. Danau ini tercatat sebagai danau asam terbesar dan paling beracun di dunia — cukup satu teguk untuk membunuh manusia.
Namun yang paling mengharukan adalah para penambang belerang tradisional. Sekitar 300–400 orang setiap hari turun ke kawah melalui jalur curam yang sama dengan wisatawan, tapi mereka membawa keranjang bambu di pundak. Satu kali turun-naik, mereka mengangkut 70–90 kg belerang mentah dengan upah hanya Rp 1.200–1.500 per kg. Total penghasilan per hari rata-rata Rp 150–250 ribu, tapi umur paru-paru mereka sering tak sampai 50 tahun karena menghirup gas beracun terus-menerus.
Mereka berangkat jam 01.00, turun 300 meter ke dasar kawah, memecah belerang dengan linggis, lalu naik kembali sambil sesekali beristirahat di batu “pos rokok”. Wisatawan sering menawarkan masker gas, tapi banyak penambang menolak karena “terbiasa” dan masker mengganggu napas saat mengangkat beban berat.
Waktu terbaik berkunjung:
- Mei–September (musim kemarau): api biru paling terang, langit cerah saat sunrise
- Harga tiket: WNI Rp 15.000 (weekday), Rp 25.000 (weekend); WNA Rp 150.000
Fasilitas sudah jauh lebih baik sejak 2020: ada warung 24 jam di Paltuding, toilet bersih, dan jasa porter/ojeb (penambang yang juga jadi pemandu) seharga Rp 200–400 ribu sekali turun.
Sunrise di Kawah Ijen termasuk yang paling dramatis di Indonesia. Sekitar pukul 05.00–05.30, langit berubah dari hitam pekat menjadi gradasi oranye-ungu, memantul di permukaan danau toska, sementara kabut belerang menari-nari di bawah kaki. Di saat yang sama, barisan penambang dengan keranjang kuning di pundak menjadi siluet heroik yang tak akan pernah terlupakan.
Kawah Ijen bukan hanya destinasi wisata, tapi juga pelajaran hidup. Di sini kita melihat keindahan alam yang ekstrem sekaligus pengorbanan manusia yang luar biasa. Api biru yang memukau itu lahir dari penderitaan yang sama — dari gas beracun yang membakar paru-paru para penambang setiap hari.
Jika Anda datang ke Ijen, jangan hanya foto dan pergi. Luangkan waktu untuk mengobrol dengan penambang, beli kerajinan belerang mereka, atau sekadar memberi masker dan rokok. Karena di balik keajaiban api biru, ada cerita nyata tentang kekuatan, ketabahan, dan harga sebuah keindahan.