perjalanan.id – Caci adalah tradisi adu cambuk khas masyarakat Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, yang biasanya digelar dalam rangka perayaan panen atau upacara adat besar. Tradisi ini bukan hanya pertunjukan kekuatan fisik, tetapi juga bentuk seni pertahanan diri yang penuh filosofi, simbol persaudaraan, dan kehormatan.
Dalam pertunjukan Caci, dua laki-laki dewasa saling berhadapan sebagai penyerang dan bertahan secara bergantian. Penyerang menggunakan cambuk kulit (larik), sementara lawannya hanya dilengkapi dengan tameng rotan (nggiling). Gerakan dalam Caci tidak hanya sekadar menyerang dan menangkis, tapi juga diiringi oleh musik tradisional dan teriakan penyemangat dari penonton, menciptakan suasana yang penuh semangat dan kebersamaan.
Yang membuat Caci unik adalah aturan tidak tertulis yang dijunjung tinggi. Walau terkesan keras, pertandingan ini dilandasi semangat sportivitas dan penghormatan terhadap lawan. Setelah pertarungan, kedua peserta saling berjabat tangan dan berpelukan sebagai bentuk rekonsiliasi dan persaudaraan. Luka yang didapat dari pertarungan justru dianggap sebagai bukti kehormatan dan keberanian.
Selain menjadi warisan budaya yang dilestarikan secara turun-temurun, Caci kini juga menjadi daya tarik wisata budaya di Flores. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang untuk menyaksikan langsung tradisi ini, terutama saat digelar di desa-desa adat seperti Ruteng dan Liang Ndara.
Caci bukan hanya tentang pertarungan fisik, tapi juga simbol identitas, solidaritas, dan kekuatan budaya lokal yang terus hidup di tengah modernisasi. Tradisi ini membuktikan bahwa warisan leluhur bisa terus relevan jika dijaga dengan penuh kebanggaan dan rasa hormat.