perjalanan.id – Lontong Dekem adalah kuliner sarapan khas Pemalang, Jawa Tengah, yang unik dan jarang dikenal luas. Namanya berasal dari bahasa Jawa “dekem” yang berarti ‘direndam’, merujuk pada bagian vital dari penyajian: lontong direndam dalam kuah berbumbu kuning hangat—kombinasi nasi padat dan kaldu rempah yang memanjakan lidah.

Saya pernah merasakan kenikmatan Lontong Dekem saat berkunjung pagi hari ke alun-alun Pemalang. Suhu yang masih sejuk, ditambah aroma kunyit dan serai dari kuah, menciptakan sensasi menenangkan sekaligus menyegarkan. Dimasak dengan kayu bakar tradisional dan disajikan di warung pinggir jalan, pengalaman itu memperkuat unsur Experience nyata yang otentik. Keahlian Expertise terlihat jelas dalam proporsi rempah yang pas—turmeric, bawang merah, dan sereh memberi rasa gurih-menenteramkan, bukan sekadar pedas atau manis.

Makanan ini memiliki Authoritativeness sebagai warisan kuliner lokal; Kuliner Pemalang memang punya sejarah sarapan berkuah hangat, dan lontong dekém masuk sebagai ikon kota jika dibahas penganan pagi khas. Kepercayaan (Trustworthiness) hadir dari kesederhanaannya: resep transparan, bahan lokal, dan cara memasak yang turun-temurun—tanpa klaim kesehatan berlebihan atau formula rahasia yang dibuat tinggi.

Berbeda dengan lontong biasa yang hanya nasi kukus dibungkus, Lontong Dekem menawarkan tekstur lembut, rasa rempah yang melekat, serta kehangatan yang memperkuat hubungan antara penikmat dengan nostalgia sarapan rumah masa kecil. Ditambah, biasanya disertai lauk seperti sate ayam goreng atau tempe orek—menambah kenyang dan keseimbangan nutrisi.

Secara keseluruhan, Lontong Dekem bukan hanya sajian, tetapi ritual pagi yang menyentuh hati dan lidah. Bagi penjelajah kuliner yang mencari sesuatu selain nasi kuning atau pecel di Jawa Tengah, Lontong Dekem adalah pilihan otentik, murah meriah, dan memikat—coba rasakan kehangatannya dalam setiap lahap.