Septime, Permata Kuliner Paris yang Menggabungkan Inovasi, Keberlanjutan, dan Pesona Santai

perjalanan.id – Di tengah hiruk-pikuk distrik ke-11 Paris yang penuh dengan kafe-kafe vintage dan toko anggur alam, Septime berdiri sebagai ikon neo-bistro yang telah merevolusi adegan makanan ibu kota Prancis sejak dibuka pada 2011. Terletak di 80 Rue de Charonne, restoran ini bukan hanya destinasi makan malam, tapi sebuah pernyataan filosofis tentang masakan modern: segar, musiman, dan tanpa pretensi berlebih. Dipimpin oleh koki visioner Bertrand Grébaut dan sommelier Théo Pourriat, Septime telah meraih satu bintang Michelin, peringkat 40 di The World’s 50 Best Restaurants 2025, serta penghargaan Sustainable Restaurant Award pada 2017. Dengan reservasi yang selalu penuh sesak—hanya dibuka tiga minggu ke depan setiap hari pukul 10 pagi—Septime adalah bukti bahwa makanan sederhana bisa menjadi luar biasa.
Sejarah Lahirnya: Dari Desainer Grafis ke Bintang Kuliner
Septime lahir dari visi Bertrand Grébaut, seorang mantan desainer grafis yang beralih profesi menjadi koki setelah magang di restoran legendaris L’Arpège milik Alain Passard. Bersama sahabat masa kecilnya, Théo Pourriat—seorang mantan ekonom—mereka membuka Septime pada Mei 2011 di sebuah ruang kosong yang dulunya bengkel sepeda. Nama “Septime” terinspirasi dari soneta Stéphane Mallarmé, mencerminkan pendekatan poetis terhadap masakan: ringan, intuitif, dan penuh kejutan.
Awalnya, restoran ini menarik perhatian karena konsep neo-bistro-nya—campuran antara tradisi Prancis dan inovasi kontemporer—yang menolak formalitas restoran bintang Michelin klasik. Hingga 2025, Septime telah berkembang menjadi keluarga restoran: Clamato (fokus seafood), Septime La Cave (bar anggur alam), dan Tapisserie (pâtisserie musiman). Bahkan, duo ini memiliki hotel pedesaan D’Une Île di Perche, dua jam dari Paris, yang menawarkan pengalaman kuliner di alam. Buku baru mereka, Septime, yang dirilis baru-baru ini, membagikan resep, inspirasi, dan cerita sehari-hari di balik dapur, menjadikannya bacaan wajib bagi pecinta makanan.
Menu yang Menggoda: Tasting Menu Musiman Tanpa Kompromi
Menu Septime adalah manifesto keberlanjutan: semuanya berbasis bahan lokal, organik, dan musiman, dengan nol limbah makanan sebagai prioritas utama. Tidak ada à la carte; hanya tasting menu yang berubah setiap hari berdasarkan panen petani mitra. Pada musim gugur 2025, menu 5 langkah seharga €85 (sekitar Rp1,4 juta) mencakup hidangan seperti oyster dengan jeruk dan jahe, atau daging sapi Wagyu dengan jamur liar dan jus herbal. Varian 7 langkah €135 menambahkan kejutan seperti foie gras reinvented atau dessert berbasis rempah.
Pairing wine €60–€75 oleh Théo Pourriat menampilkan daftar anggur alam yang eklektik—lebih dari 200 label, mayoritas dari petani kecil di Prancis dan Eropa Timur. Pendekatan mereka “cheeky” tapi percaya diri: hidangan terlihat sederhana (seperti sayuran mentah dengan saus ringan), tapi rasa-nya kompleks, dengan sentuhan asam, pahit, dan umami yang tak terduga. Michelin Guide memuji Septime sebagai “quintessence of the new breed of Parisian restaurants: hip, trendy, tapi committed to good food.” Namun, beberapa ulasan di Tripadvisor (rating 4.2/5 dari 1.081 review) mengkritik porsi kecil, meski banyak yang bilang itu justru membuat makan malam terasa intim dan tak membengkakkan perut.
Tidak ramah bagi vegan atau vegetarian ketat—seperti yang dialami Beyoncé saat kunjungan rahasianya—tapi staf fleksibel jika diberi tahu sebelumnya. Lunch pada hari kerja lebih santai, sementara dinner adalah pengalaman penuh ritual.
Atmosfer dan Pengalaman: Santai Namun Elegan
Masuk ke Septime seperti melangkah ke galeri seni minimalis: dinding putih, meja kayu sederhana, dan cahaya alami yang membanjiri ruang 30 kursi. Dekor “Primal Earth” dengan tanaman hijau dan elemen tanah menciptakan vibe earthy yang nyaman, jauh dari kemewahan berlebih. Layanan di sini adalah seni tersendiri: ramah, berpengetahuan, dan penuh cerita, sering kali dengan humor ringan yang membuat tamu merasa seperti teman lama.
Seperti diceritakan di Reddit’s r/finedining, pengunjung sering terkejut oleh kehangatan staf—mereka menelepon untuk konfirmasi reservasi, dan jika tak diangkat, meja bisa hilang. Yelp (170 ulasan) memuji suasana “cool Parisian” yang menarik kalangan muda kreatif, sementara Paris by Mouth menyoroti bagaimana Septime telah menjadi pusat “bistro baru” di Bastille. Buka Selasa–Jumat untuk lunch dan dinner, tutup akhir pekan—ideal untuk menghindari keramaian turis.
Dampak Budaya: Dari Paris ke Dunia
Septime bukan hanya restoran; ia adalah katalisator perubahan di Paris. Grébaut dan Pourriat telah membangun ekosistem kuliner di Rue de Charonne, termasuk Double Dragon dan Le Servan milik istri Grébaut, Tatiana Levha, yang menambahkan sentuhan Asia. Komitmen keberlanjutan mereka—dari nol plastik hingga kolaborasi dengan petani organik—telah menginspirasi gerakan neo-bistro global. Pada 2025, dengan peringkat World’s 50 Best, Septime terus menarik selebriti dan foodie, tapi tetap setia pada akarnya: makanan yang jujur, wine yang hidup, dan ruang yang menyatukan orang.
Jika Anda berencana berkunjung, pesan online tepat pukul 10 pagi untuk slot tiga minggu ke depan—atau coba gift card untuk fleksibilitas. Harganya worth it untuk pengalaman, tapi siapkan anggaran ekstra untuk wine. Bagi yang tak kebagian meja, coba Clamato untuk seafood santai atau La Cave untuk tapas wine. Septime mengingatkan kita bahwa kuliner terbaik bukan tentang kemewahan, tapi tentang koneksi—antara bahan, koki, dan tamu. Di Paris yang abadi, Septime adalah napas segar yang tak ingin Anda lewatkan. Bon appétit!