Memahami Panahan, Seni Kuno yang Menjadi Olahraga Modern

perjalanan.id – Panahan, atau archery dalam bahasa Inggris, bukan hanya sekadar melemparkan anak panah ke sasaran, melainkan sebuah disiplin yang menggabungkan ketepatan, kesabaran, dan konsentrasi luar biasa. Olahraga ini telah berevolusi dari alat berburu dan perang purba menjadi salah satu cabang kompetitif di Olimpiade modern. Dengan sejarah yang mencapai ribuan tahun, panahan terus memikat jutaan penggemar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia di mana cabang ini semakin populer berkat prestasi atlet nasional.
Sejarah Panahan: Dari Senjata ke Kompetisi
Panahan memiliki akar yang sangat tua, bahkan kembali ke 20.000 SM, ketika busur dan anak panah digunakan untuk berburu dan perang di berbagai peradaban kuno, kecuali di Australia. Di Barat, panahan rekreasi mulai berkembang sejak abad ke-19, dengan pertemuan Grand National Archery pertama di Inggris pada 1844. Federasi Internasional Panahan (World Archery, dulunya FITA) didirikan pada 1931 untuk menstandarisasi aturan global, yang menjadi kunci kembalinya olahraga ini ke Olimpiade.
Di Olimpiade, panahan pertama kali muncul pada 1900 di Paris, dengan tujuh cabang pria dan berbagai jarak tembak. Olahraga ini juga menjadi salah satu yang pertama kali menyertakan cabang wanita pada 1904 di St. Louis. Namun, karena kurangnya standar internasional, panahan sempat dihapus dari program Olimpiade hingga 1920, dan baru kembali secara permanen pada 1972 di Munich. Sejak itu, Korea Selatan mendominasi, meraih 32 dari 44 medali emas sejak 1984. Atlet paling sukses adalah Hubert van Innis dari Belgia dengan enam emas dan tiga perak, sementara Kim Soo-nyung dari Korea memegang rekor modern dengan empat emas.
Jenis-Jenis Panahan dan Disiplin Kompetitif
Panahan modern terbagi menjadi beberapa disiplin utama, meskipun di Olimpiade hanya menggunakan recurve bow untuk target archery outdoor. Berikut adalah jenis utama:
Jenis Panahan | Deskripsi | Contoh Penggunaan |
---|---|---|
Target Archery | Tembak sasaran diam dari jarak tetap, paling populer di kompetisi internasional. | Olimpiade, Kejuaraan Dunia World Archery. |
Field Archery | Tembak sasaran di medan alam dengan jarak bervariasi (20-80 meter). | Kompetisi hutan atau lapangan terbuka. |
3D Archery | Tembak target berbentuk 3D seperti hewan, sering untuk simulasi berburu. | Turnamen berburu modern. |
Indoor Archery | Tembak di ruangan tertutup, jarak pendek (18 meter). | Kompetisi musim dingin atau pemula. |
Di Olimpiade, ada lima cabang: individu pria, individu wanita, tim pria, tim wanita, dan tim campuran. Sasaran berbentuk lingkaran berdiameter 1,22 meter dengan 10 zona warna (kuning untuk 9-10 poin, merah 7-8, biru 5-6, hitam 3-4, putih 1-2). Jika anak panah menyentuh garis, nilai lebih tinggi yang dihitung.
Peralatan Esensial dalam Panahan Olimpiade
Peralatan panahan dirancang untuk presisi tinggi, dengan aturan ketat dari World Archery. Busur recurve adalah yang digunakan di Olimpiade, yang merupakan evolusi dari busur tradisional dengan lengan melengkung untuk daya dorong lebih besar. Berikut peralatan utama:
- Busur (Bow): Terdiri dari riser (gagang) dan limbs (lengan). Kekuatan tarik rata-rata 48,5 pon untuk pria dan 33 pon untuk wanita. Boleh menggunakan penglihat mekanis tapi tanpa optik pembesar.
- Anak Panah (Arrows): Terbuat dari karbon ringan untuk tembak outdoor, dengan nock (ujung belakang), fletching (sayap stabilisator), dan insert untuk ujung tajam. Semua anak panah pemanah harus berwarna sama untuk identifikasi.
- Penglihat (Sight): Batang adjustable dengan pin untuk mengarahkan sasaran.
- Stabilizer: Batang penyeimbang untuk mengurangi getaran.
Busur compound (dengan roda katrol) dan barebow (tanpa aksesoris) digunakan di kompetisi lain, tapi tidak di Olimpiade.
Aturan dan Format Kompetisi di Olimpiade
Kompetisi panahan Olimpiade dimulai dengan ranking round: setiap pemanah menembak 72 anak panah (12 set x 6 anak panah) dari 70 meter untuk pria/wanita, menghasilkan skor maksimal 720. Ini menentukan seeding untuk tahap eliminasi.
Di babak matchplay, format set digunakan: Setiap set terdiri dari 3 anak panah per pemanah. Pemenang set (skor lebih tinggi) mendapat 2 poin set; seri 1 poin masing-masing. Pertandingan individu: 5 set, tim: 4 set (masing-masing anggota tembak 2 anak panah per set). Etika dasar termasuk sinyal peluit: dua peluit untuk maju ke garis tembak, satu untuk tembak, tiga untuk ambil anak panah.
Rekor Olimpiade termasuk skor ranking tertinggi 700 oleh Brady Ellison (AS) pada 2024, dan jarak tembak 70 meter yang menuntut akurasi ekstrem.
Panahan di Indonesia dan Prospek Masa Depan
Di Indonesia, panahan mulai berkembang sejak 1950-an melalui Persatuan Panahan Indonesia (Perpani). Prestasi gemilang diraih di SEA Games dan Asian Games, dengan atlet seperti Lilies Handayani yang meraih medali Olimpiade 2000. Saat ini, dengan Olimpiade Paris 2024 yang baru saja usai—di mana Korea Selatan sapu bersih empat emas—panahan Indonesia menargetkan peningkatan fasilitas dan pelatihan untuk Paris 2028.
Olahraga ini tidak hanya tentang medali, tapi juga membangun karakter: fokus, ketenangan, dan ketangguhan mental. Bagi pemula, mulailah dengan klub lokal untuk belajar teknik dasar seperti stance, nock, draw, anchor, aim, dan release. Dengan popularitas yang meningkat, panahan siap menjadi tren olahraga rekreasi di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.
Panahan mengajarkan bahwa setiap anak panah adalah pelajaran baru. Seperti kata pepatah kuno, “Ketepatan lahir dari latihan yang konsisten.” Mari kita sambut era baru di mana busur dan anak panah bukan lagi senjata, tapi simbol ketangguhan manusia.