Warung Makan Old School Aunty Gaik Lean, Menikmati Cita Rasa Nostalgia Malaysia
perjalanan.id – Di tengah hiruk-pikuk Kuala Lumpur, di mana gedung-gedung pencakar langit menjulang di atas jalan-jalan bersejarah, terselip sebuah permata kuliner bernama Aunty Gaik Lean’s Old School Eatery. Warung makan mungil di kawasan Jalan Tuanku Abdul Rahman ini telah menjadi tempat favorit bagi mereka yang merindukan cita rasa masakan Malaysia autentik, layaknya hidangan rumahan dari masa lalu. Didirikan oleh Aunty Gaik Lean, seorang juru masak rumahan berpengalaman lebih dari 40 tahun, warung ini menghadirkan esensi keramahan dan kuliner Malaysia tempo dulu.
Awal Perjalanan Kuliner Aunty Gaik Lean
Aunty Gaik Lean, keturunan Tionghoa Malaysia generasi ketiga, dibesarkan dalam keluarga yang menjadikan makanan sebagai pusat setiap pertemuan. Resep-resep dari neneknya, yang diturunkan dari generasi ke generasi, menjadi dasar keahlian memasaknya. Pada awal 2000-an, setelah bertahun-tahun memasak untuk keluarga dan teman, Aunty Gaik memutuskan untuk berbagi bakatnya dengan masyarakat luas. Warung ini dibuka pada 2005 dengan misi melestarikan seni masak rumahan Malaysia yang mulai pudar di tengah maraknya makanan cepat saji dan restoran fusion.
Dengan tampilan sederhana, papan nama yang sedikit pudar, dan meja kayu yang bersahaja, warung ini menyimpan kekayaan sejarah di dalamnya. Dindingnya dihiasi foto-foto hitam-putih Kuala Lumpur zaman dulu dan barang pusaka keluarga, menciptakan suasana hangat dan penuh nostalgia. Aunty Gaik, yang kini berusia 70-an tahun, masih mengawasi dapur untuk memastikan setiap hidangan tetap autentik, menjadikan tempat ini legenda lokal.
Hidangan Ikonik yang Membawa Kenangan
Keunikan Aunty Gaik Lean’s Old School Eatery terletak pada menunya yang menawarkan resep-resep klasik yang jarang ditemukan di restoran modern. Para pengunjung datang untuk menikmati:
-
Nasi Lemak Klasik: Nasi pulen dimasak dengan santan, disajikan dengan sambal, ikan bilis goreng, kacang tanah, telur rebus, dan timun. Berbeda dari versi komersial, nasi lemak Aunty Gaik menggunakan daun pandan asli dan rempah-rempah yang ditumbuk segar, menghasilkan aroma dan rasa yang tak tertandingi.
-
Ayam Goreng Berempah: Ayam goreng yang dimarinasi dengan rempah-rempah seperti kunyit, serai, dan lengkuas, menghasilkan tekstur renyah di luar dan juicy di dalam. Rahasianya ada pada proses marinasi semalaman yang membawa cita rasa khas kampung.
-
Laksa Nyonya: Sup mie pedas dan asam dengan udang, fish cake, dan tauge dalam kuah berbumbu asam jawa. Hidangan khas Peranakan ini mencerminkan warisan multikultural Aunty Gaik, memadukan pengaruh Tionghoa, Melayu, dan India.
-
Kuih dan Hidangan Penutup: Kunjungan ke sini tak lengkap tanpa mencicipi kuih tradisional seperti kuih lapis atau onde-onde, yang dibuat segar setiap hari menggunakan resep dari tahun 1950-an.
Porsi yang disajikan cukup besar, harga terjangkau (hidangan utama berkisar antara RM8 hingga RM15), dan makanan dibuat tanpa jalan pintas modern—tanpa MSG, pengawet, atau bumbu instan. Komitmen pada keaslian ini membuat warung ini mendapat pujian di media sosial dan blog makanan, dengan banyak yang menyebutnya sebagai “mesin waktu dalam sepiring makanan.”
Pusat Komunitas dan Pelestarian Budaya
Selain menyajikan makanan, Aunty Gaik Lean’s juga menjadi tempat berkumpulnya komunitas. Para pelanggan setia, mulai dari lansia hingga keluarga muda, sering berbagi cerita sambil makan, mempererat ikatan antargenerasi. Warung ini juga sesekali mengadakan kelas memasak, di mana Aunty Gaik mengajarkan resep-resepnya kepada para penggemar kuliner, memastikan tradisi ini terus hidup.
Di era globalisasi, di mana warung makan tradisional sulit bersaing dengan restoran rantai, Aunty Gaik Lean’s tetap bertahan. Warung ini berhasil melewati tantangan ekonomi dan pandemi COVID-19 dengan beralih ke layanan pesan antar tanpa mengorbankan kualitas. Penghargaan dari festival kuliner lokal dan liputan di panduan wisata internasional telah meningkatkan popularitasnya, menarik wisatawan yang ingin merasakan pengalaman kuliner Malaysia autentik.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Meski sukses, warung ini menghadapi tantangan umum bisnis kecil, seperti kenaikan harga bahan baku dan persaingan dengan kafe-kafe modern. Anak-anak Aunty Gaik, yang membantu menjalankan warung, sedang menjajaki praktik berkelanjutan seperti membeli bahan dari petani lokal untuk menjaga harga tetap stabil. Ada pula kabar tentang rencana ekspansi, mungkin cabang baru atau penerbitan buku resep untuk mengabadikan warisan kulinernya.
Seperti yang sering dikatakan Aunty Gaik, “Makanan bukan hanya soal makan, tapi soal mengenang.” Warung Old School Eatery miliknya bukan sekadar restoran—ia adalah arsip hidup dari jiwa kuliner Malaysia, mengajak semua orang untuk menikmati masa lalu dalam setiap suapan.