Alexander Thian dan Narasi Perjalanan yang Mengubah Perspektif

perjalanan.id – Alexander Thian, lebih dikenal lewat nama akun Instagram dan Twitter-nya @amrazing, bukan sekadar travel blogger biasa. Ia adalah pencerita. Seorang penulis yang mengubah pemandangan menjadi narasi, dan pengalaman menjadi refleksi. Di tengah gelombang konten visual yang serba cepat, Alexander menampilkan sesuatu yang lebih lambat, lebih dalam—dan sering kali, lebih menggetarkan.
Dari Layar Kecil ke Cerita Besar
Perjalanan Alexander dimulai dari dunia digital, dengan unggahan foto-foto perjalanan yang indah disertai caption yang panjang dan menyentuh. Namun, tidak seperti kebanyakan travel influencer lain, Alexander tidak terpaku pada destinasi. Ia lebih tertarik pada cerita manusia di balik tempat itu.
Menjelajah Bukan Sekadar Berpindah Tempat
Alih-alih menonjolkan kemewahan perjalanan, Alexander lebih sering menyorot pengalaman yang jujur. Ia bercerita tentang naik bus dari kota ke kota, bertemu orang asing yang baik hati, hingga menyaksikan kehidupan dari sudut-sudut yang tak masuk brosur wisata.
Dalam buku dan unggahannya, kita membaca kisah tentang tukang sapu di Kathmandu, penjual nasi di Larantuka, atau anak kecil di Osaka yang mengajarinya tentang empati. Semua itu bukan hanya cerita perjalanan, tapi juga pembelajaran hidup.
Pengaruh terhadap Pembaca
Banyak pengikutnya yang mengaku merasa “terlihat” setelah membaca tulisannya. Tak sedikit pula yang merasa lebih berani untuk mengejar mimpi atau berdamai dengan masa lalu setelah membaca kisah-kisah yang ia unggah.
Salah satu format yang paling dikenal adalah cerita anonim yang ia posting, di mana orang-orang mengirimkan pengalaman mereka kepadanya untuk dibagikan. Ini menjadi ruang katarsis publik yang unik di media sosial Indonesia—sebuah komunitas berbasis cerita.
Alexander Thian telah membuktikan bahwa traveling tidak harus selalu glamor. Bahwa dunia tidak hanya dilihat, tetapi juga dirasakan. Bahwa bercerita bisa menjadi bentuk kepedulian.
Di era ketika semua berlomba menampilkan versi terbaik dari hidup mereka, Alexander memilih untuk membagikan versi yang paling jujur—dan dari sanalah perspektif banyak orang berubah.